Tes Minnesota Multiphasic Personality Inventory atau tes MMPI adalah tes yang dapat mengukur berbagai aspek seperti keperibadian, emosi, perlikaku hingga kecenderungan psikologis. Selain itu, tes MMPI juga digunakan dalam pengujian psikologis terturama penialaian klinis, penelitian hingga penempatan karier termasuk proses seleksi mahasiswa untuk beberapa prodi khusus seperti kedokteran dan kedokteran gigi. Hal ini dikarenakan MMPI dapat digunakan untuk menilai stabilitas psikologis pada pekerja di bidang yang memiliki potensi risiko tinggi seperti pilot, polisi, pekerja dalam industri tenaga nuklir hingga dokter.
MMPI-2 digunakan dalam bidang pendidikan untuk melihat berbagai aspek, salah satunya aspek keperibadian yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan keperibadian adalah corak perilaku dan sifat yang khas dan digunakan untuk bereaksi dan menyesuaiakan diri terhadap rangsang, sehingga dapat menjadi kesatuan fungsional yang khas bagi individu tersebut (Margarini, Prihantin & Suharto, 2016). Pengetesan MMPI-2 dilakukan kepada calon mahasiswa dikarenakan, keperibadian seorang mahasiswa akan berpengaruh terhadap cara menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa mulai dari tes masuk universitas, tes Kesehatan hingga ujan setiap bloknya (khusus mahasiswa kedokteran). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran Pasal 27 ayat (2) yaitu: “Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon mahasiswa harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.” Dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut mengharuskan calon mahasiswa kedokteran untuk melakukan asesmen keperibadian dalam proses seleksinya.
Hal tersebut penting dilakukan untuk dapat mendeteksi lebih dini terhadap kepribdian calon mahasiswa kedokteran serta kesehatan mental yang dimilikinya. Hal ini guna untuk antisipasi dan prediksi keberhasilan calon mahasiswa kedokteran saat ini sudah dinyatakan lulus sebagai mahasiswa kedokteran. Penelitian Schwenk pada mahasiswa kedokteran di Universitas Michigan Amerika (2010) menunjukkan 53% mahasiswa kedokteran mengalami gejala depresi level tinggi. Jika calon dokter mengalami depresi ataupun gangguan kesehatan mental lainnya dikhawatirkan akan berpengaruh tehadap kinerjanya selama menjalankan praktik hingga dapat membahayakan nyawa pasiennya. Kemudian untuk mendapatkan hasil yang optimal ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebagai berikut:
- Tidur yang cukup di malam hari sebelum tes dan sarapan di pagi hari agar tetap bugar dan bisa konsentrasi selama mengerjakan tes.
- Datang paling lambat 15 menit sebelum tes berlangsung (jika dilakukan secara paperbased test) dan gunakan koneksi yang stabil (jika dilakukan secara online) hal ini untuk meminimalisir menjawb pertanyaan dengan terburu-buru atau perasaan cemas takut tertinggal.
- Menjawab setiap pertanyaan yang terdapat dalam tes dengan jujur.
- Jawab pertanyaan sesuai dengan hal pertama yang dipikirkan untuk menghemat waktu.
- Pahami instruksi tesnya.
- Kelola emosi pikiran. Usahakan selama tes berlangsung fokus untuk mengerjakan dan menyelesaikan tesnya, dan tidak sedang dalam tekanan.
Untuk hasil tes keperibadian ini dapat memiliki 10 skala klinis yang dapat mendeskripsikan kondisi psikologis individu. Adapun skala tersebut adalah Hypochondriasis (Hs), Depression (D), Hysteria (Hy), Psychopathic Deviate (Pd), Masculinity/Femininity (Mf), Paranoia (Pa), Psychasthenia (Pt), Schizophrenia (Sc), Hypomania (Ma), dan Social Introversion (Si). Hasil tes MMPI-2 akan dievaluasi dan diinterpretasikan oleh psikolog dan juga pskiater. Penting untuk dipahami bahwa tes MMPI dapat dilakukan baik oleh individu berdasarkan keinginannya atau berdasarkan rekomendasi oleh psikolog ataupun pskiater. Oleh sebab itu, apabila memiliki keluhan terkait kondisi mental, segara lakukan konseling dengan psikolog di Biro Psikologi Detection guna memperoleh diagnosis dan penanganan yang tepat. Tidak hanya itu di Biro Psikologi Detection juga menyediakan layanan tes MMPI-2.
Tinggalkan Balasan