Overthinking: Normal Atau Gangguan Psikologis?

Pernahkah Anda menghabiskan waktu berjam-jam memikirkan satu masalah kecil? Atau terus-menerus mengulang percakapan dalam benak Anda, membedah setiap kata yang diucapkan? Jika ya, Anda tidak sendirian. Fenomena ini dikenal sebagai overthinking, sebuah kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan, sering kali sampai ke titik yang tidak produktif. Pertanyaannya, apakah overthinking itu hal yang normal, atau justru merupakan tanda dari gangguan mental? Mari kita bedah!

Overthinking yang Normal

Pada dasarnya, overthinking adalah bagian dari cara kerja otak kita. Ini merupakan mekanisme untuk menganalisis dan memproses informasi. Otak kita dirancang untuk memecahkan masalah, dan terkadang, ia akan terus bekerja bahkan setelah masalah tersebut selesai atau tidak lagi relevan. Overthinking menjadi normal ketika:

  • Bersifat Temporer: Muncul saat menghadapi keputusan besar, seperti memilih pekerjaan, pindah rumah, atau merencanakan masa depan. Ini adalah respons alami terhadap ketidakpastian.
  • Tidak Mengganggu Fungsi Sehari-hari: Anda mungkin merasa cemas selama beberapa saat, tetapi Anda masih bisa makan, tidur, bekerja, dan berinteraksi sosial tanpa hambatan signifikan.
  • Bisa Dikendalikan: Anda menyadari bahwa Anda sedang overthinking dan mampu mengalihkan pikiran Anda ke hal lain setelah beberapa saat, meskipun dengan usaha.

Ini adalah bentuk dari proses refleksi dan antisipasi. Anda memikirkan skenario terburuk untuk bersiap menghadapinya atau mengevaluasi ulang sebuah situasi untuk belajar dari kesalahan.

Overthinking Sebagai Tanda Gangguan

Namun, overthinking bisa menjadi masalah serius ketika ia mengambil alih kendali dan menjadi kompulsif. Pada tahap ini, overthinking bukan lagi alat, melainkan sebuah siklus pikiran yang merusak. Ini bisa menjadi gejala dari beberapa gangguan mental, seperti:

  • Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder – GAD): Individu dengan GAD seringkali terjebak dalam siklus overthinking tentang berbagai hal, mulai dari keuangan hingga kesehatan, bahkan tanpa adanya pemicu yang jelas. Pikiran-pikiran ini terus-menerus dan sulit dihentikan.
  • Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder – OCD): Pada OCD, overthinking muncul dalam bentuk obsesi (pikiran, dorongan, atau bayangan yang mengganggu dan berulang) yang memicu kompulsif (perilaku ritual) untuk meredakan kecemasan.
  • Depresi: Overthinking dapat menjadi ruminasi, yaitu memikirkan terus-menerus hal-hal negatif dari masa lalu. Hal ini membuat individu sulit untuk melihat masa depan dengan optimis dan memperburuk gejala depresi.

Pada kondisi ini, overthinking tidak hanya membuat stres, tetapi juga mengganggu tidur, konsentrasi, hubungan, dan kemampuan untuk berfungsi sehari-hari.


Membedakan dan Mengelola

Jadi, bagaimana cara membedakannya? Jika overthinking Anda terasa tidak terkendali, menghalangi Anda untuk menikmati hidup, atau berlangsung dalam periode yang sangat lama, mungkin sudah saatnya untuk mencari bantuan profesional.

Mengelola overthinking, baik itu normal atau bagian dari gangguan, dimulai dari kesadaran. Beberapa strategi yang bisa dilakukan:

  1. Praktikkan Mindfulness: Sadari saat pikiran Anda mulai berlebihan. Fokus pada momen saat ini, napas Anda, atau sensasi fisik untuk menghentikan siklus pikiran.
  2. Jadwalkan Waktu Khusus untuk “Khawatir”: Alokasikan 15 menit setiap hari untuk memikirkan semua kekhawatiran Anda. Setelah waktu itu habis, paksa diri Anda untuk berhenti.
  3. Arahkan Energi ke Tindakan: Jika Anda terus memikirkan suatu masalah, ubah pikiran itu menjadi langkah-langkah konkret yang bisa Anda ambil.
  4. Cari Dukungan: Bicarakan kekhawatiran Anda dengan teman, keluarga, atau profesional. Terkadang, hanya dengan mengucapkannya saja dapat mengurangi beban pikiran.

Kesimpulannya, overthinking bisa menjadi hal yang normal, tetapi jika ia mulai mengendalikan hidup Anda, itu adalah sinyal untuk bertindak. Mengenali perbedaan ini adalah langkah pertama menuju kesehatan mental yang lebih baik.

Penulis : Azmi Nabila Djaman | Editor: Arifi Zulaika, S.Kom.

Gambar : illustrasi dari Freepik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *