Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul ‘Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan’ ia mengemukakan bahwa fase tumbuh kembang anak terbagi menjadi beberapa fase, antara lain masa sebelum lahir (prenatal), masa bayi baru lahir, (new born), masa bayi (babyhood), masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, dan masa pubertas. Dalam masing-masing fase perkembangan, kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak juga beragam, setiap fase perkembangan memiliki kebutuhan stimulasi dan perubahan fisik yang juga beragam pula.
Perkembangan anak memiliki pola yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan antara fase satu dengan fase yang lainnya. Misalnya, pada fase perkembangan kanak-kanak awal terjadi proses belajar merangkak, kemudian di fase perkembangan kanak-kanak akhir anak-anak mulai belajar berdiri dan kemudian berjalan. Proses perkembangan ini juga memiliki kebutuhan stimulasi, yang jika tidak diberikan oleh orang tua, maka anak akan kesulitan untuk melakukan proses belajar.
Selain tumbuh kembang pada aspek fisik, pertumbuhan anak-anak juga terjadi pada aspek kognitif dan emosional. Dalam teori Piaget dijelaskan bahwa anak mulai dapat mengolah emosi pada rentang usia 2 hingga 7 tahun seiring dengan perkembangan kognitif yang juga turut berkembang.
Proses tumbuh kembang anak tentu membutuhkan kehadiran dan peran aktif orang tua. Orang tua perlu ada untuk mendampingi anak dalam menghadapi hal-hal baru yang terjadi pada dirinya. Tanpa panduan dan pengawasan dari orang tua, anak akan mengalami kebingungan dan tidak jarang anak akan mencari informasi dari luar rumah, yang mana informasi yang didapatkan dari luar rumah, juga belum tentu benar.
Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh (Mingzhi Mao, et.al, 2020) kepada anak-anak di Tiongkok Cina mereka menemukan bahwa anak yang tidak memiliki kesempatan untuk bersama dengan orang tuanya saat masa tumbuh kembang memiliki skor kognitif dan akademik yang lebih rendah, dan bahkan mereka kebanyakan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Lebih spesifik lagi, anak yang ditinggalkan ibunya saat masa tumbuh kembang akan mengalami efek negatif perkembangan yang berkelanjutan sampai anak dewasa. Selain itu kondisi mental anak-anak yang ditinggal oleh orang tuanya akan melemah, dan juga semangat mereka untuk bersaing di kelas juga akan hilang.
Itulah sebabnya mengapa orang tua perlu untuk memahami dan mempelajari tentang tumbuh kembang anak, supaya orang tua dapat menjadi pihak yang turut mengawasi dan memenuhi kebutuhan perkembangan anak. Sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan kuat baik secara fisik maupun mental.
Penulis : Ahmad Fauzul Adhim, S.Psi. | Editor: Arifi Zulaika, S.Kom.
Gambar illustrasi dari Freepik.com
Refrensi:
Mao, M. & Zang, L. & Zhang, H. (2020). The Effects of Parental Absence on Children Development: Evidence from Left-Behind Children in China. International journal of environmental research and public health. 17. 10.3390/ijerph17186770.
Babakr, Z. H., Mohamedamin, P., & Kakamad, K. (2018). Piaget’s Cognitive Developmental Theory: Critical Review. Retrieved from https://eric.ed.gov/?q=Developmental%2BPsychology&ft=on&pg=2&id=EJ1274368
Hurlock E. B. (2015). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Tinggalkan Balasan